Piramida Toba: Riset Sensasional di Pusat Pemerintahan Sisingamangaraja XII

- 12 Oktober 2023, 12:01 WIB
Penampakan struktur berbentuk piramid di bukit di kawasan Toba, Sumut.
Penampakan struktur berbentuk piramid di bukit di kawasan Toba, Sumut. /Dok. Danny Hilman Natawidjaja/

Sebagai seorang geolog semestinya ia tidak memimpin riset peninggalan budaya masa lampau. Itu tugas seorang arkeolog dan ahli sejarah. Geolog itu hanya membantu mengungkap lapisan-lapisan pembentuk bumi sebagai acuan relatif umur temuan arkeologis. Ya, penelitian tentang piramida di atas semestinya dilakukan oleh arkeolog.

Hanya arkeolog yang punya kompetensi riset peninggalan sejarah atau kebudayaan manusia. Sementara kompetensi geolog hanyalah kajian batuan lapisan-lapisan bumi serta proses-proses pembentukannya, seperti eksplorasi isi bumi, sumber daya mineral, dan bangun-bangun fisik di bawah tanah.

Sebagai seorang Batak Toba yang juga menulis buku-buku tenang sejarah Batak Toba, saya tidak menemukan dalam berbagai naskah kuno tntang keterkaitan sejarah dan budaya Batak toba dan Mesir Kuno. Ini alasan utama mengapa riset sensasional Prof Danny ini samasekali tidak logis, dan tidak ilmiah. Tentu saya akan dengan mudah menerima klaim arkeolog ketimbang klaim geolog tentang suatu obyek yang diduga “piramida” sebagai peninggalan budaya. Di titik ini klaim Prof Danny tentang “Piradmida Toba” tak lebih dari klaim pseudo-sains yang lebih mengedepankan sensasi ketimbang esensi. 

Penyematan nama “piramida” untuk sebuah gundukan batu justru membuat saya semakin ragu. Sebab, terminologi “piramida” sendiri selalu mengacu pada hasil riset kaum arkeolog, bukan riset geolog. Ini yang saya baca tentang piramida-piramida Mesir sebagai makam Firaun dan harta bendanya,

Lantas, bagaimana mungkin seorang geolog mengklaim gundukan bukit sebagai piramida tanpa dasar studi arkeologis yang tuntas? Dari berbagai pemberitaan di media online dapat disimpulkan bahwa Prof Danny mengklaim istilah “piramida” hanya untuk memuaskan rasa penasarannya saja, tepatnya untuk memunculkan sensasi akademis.

Padahal dalam kajian geologinya, Prof Danny hanya menemukan material berstruktur piramid, dan ia tidak akan mampu menjelaskan proses pembentukan piramida itu dengan ilmu geologinya.

Jelas bahwa Prof Danny tak bisa membedakan bentukan alami (geomorfologis) dengan hasil kerja manusia. Ia hanya ingin menampilkan dirinya sebagai seorang geolog yang punya minat khusus terhadap bangun-bangun piramidal di bawah dan di atas tanah. Bahkan minat itu terkesan obsesif jika mengingat kasus Gunung Sadaurip, Gunung Lalako, dan Gunung Padang di Jawa Barat.

Posisi Kecamatan Baktiraja (Bakkara_Tipang_warna merah) Humbang Hasundutan, lokasi Bukit A yang diklaim sebagai Piramida Toba
Posisi Kecamatan Baktiraja (Bakkara_Tipang_warna merah) Humbang Hasundutan, lokasi Bukit A yang diklaim sebagai Piramida Toba

Kampung Wisata

Prof Danny terobsesi menemukan sesuatu yang bisa menjadikan Indonesia sebagai pusat diskusi sejarah bumi dan manusia. Upayanya membuktikan keberadaan “piramida-piramida” itu, justru melahirkan sikap skeptis dari para arkeolog dan sejarahwan tenang hipotesanya. Artinya, anggapan bahwa Piramida Toba sebagai salah satu potensi wisata di sekitar Danau Toba adalah ungkapan yang terlalu dini.

Keberadaan Piramida Toba sendiri belum pasti, dan belum diteliti secara mendalam. Hingga kini, kita bahkan belum tahu siapa yang membangunnya, untuk apa dibangun, dan bagaimana hubungan Piramida tersebut dengan sejarah nenek moyang masyarakat Toba.

Halaman:

Editor: Fauzaki Aulia


Tags

Artikel Pilihan

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah