Network
DETAKSUMUT.ID - Di penghujung Januari Tahun 2024, Ramah Tamah Tahun Baru 2024 perkumpulan Keluarga Besar Suku Karo Kota Pematangsiantar - Simalungun bersama Keluarga Besar H.K Erizal Ginting, SH, dr. Susanti Dewayani, Sp.A serta Tokoh Pematangsiantar Aprial M Rizaldi Ginting, dan Tokoh Sumut Boy Iskandar Warongan SSos, MSP, di Kecamatan Siantar Sitalasari, Jl Viyata Yudha, Rabu (31/01/2024).
Dalam hal ini, Keluarga Keluarga Besar H.K Erizal Ginting, SH bersama dr Susanti Dewayani SpA beserta Aprial M Rizaldi Ginting dan Boy Iskandar Warongan diberikan ‘Manuk Sangkep’ yang tujuannya adalah agar tetap sehat dan sukses dalam meraih cita-cita yang diharapkan, oleh masing-masing perwakilan Merga Silima, KaroKaro, Ginting, Peranginangin, Tarigan, Sembiring.
“Manuk sangkep” adalah masakan khas Karo berupa seekor ayam yang dimasak dengan bumbu khas karo yang disajikan dan disantap sebagai salah satu budaya penghargaan dan doa kepada seseorang. Memberikan “manuk sangkep” sebagai wujud penghargaan dan doa agar sehat dan sukses kepada orang yang diberikan.
Tradisi manuk sangkep dalam budaya masyarakat karo tentu memiliki nilai-nilai tersendiri bagi masyarakat karo. Baik itu nilai moral, nilai kebudayaan, nlai religius maupun nilai kekerabatan.
Saat ramah tamah, Aprial M Rizaldi Ginting yang juga selaku Tokoh Pemuda Pematangsiantar menyampaikan terima kasih kepada seluruh keluarga besar Karo yang ada di Pematangsiantar - Simalungun untuk hadir di acara Ramah Tamah dan Syukuran Tahun Baru 2024.
“Saya Aprial M Rizaldi Ginting sangat berterima kasih dan ingin menguatkan tali silaturahmi kepada khususnya masyarakat Karo yang ada di Pematangsiantar dan Simalungun,” tuturnya.
Aprial Ginting juga meminta doa restu atas hajatan yang sebentar lagi akan berlangsung.
“Dan saya akan berusaha untuk memberikan yang terbaik, buat masyarakat kira khususnya di Pematangsiantar,” ujarnya.
Kemudian, Tokoh Sumut Boy Iskandar Warongan SSos MSP juga mengungkapkan syukurnya dapat bertatap muka dengan keluarga besar Merga Silima Pematangsiantar - Simalungun.
“Walaupun bukan di Jambur, tapi suasananya mirip-mirip, saya telah berkeliling dari simalungun, namun begitu hadir ditengah-tengah keluarga saya, keluarga besar karo letihnya hilang, karena memang saya lahir dari boru bangun, yang tinggal di maliki sampai sekarang juga setiap natal dan tahun baru kira kumpul di maliki bersama keluarga besar Karo kita disana,” tuturnya.
