Batik Kini dan Catatan History of Java Thomas Stamford Raffles

- 2 Oktober 2023, 22:29 WIB
Batik  Kini dan Catatan History of Java Thomas Stamford Raffles
Batik Kini dan Catatan History of Java Thomas Stamford Raffles /

DETAKSUMUT.ID - Thomas Stamford Raffles disebut sebagai orang Eropa pertama yang menulis tentang batik. Penelitian tentang batik kemudian menarik minat banyak orang Eropa.

Lembaga PBB yang membidangi pendidikan, keilmuan dan kebudayaan UNESCO menetapkan kain batik nsebagai warisan kemanusiaan untuk budaya lisan dan nonbendawi (Masterpieces of the Oral and Intangible Heritage of Humanity). UNESCO menetapkannya pada 2 Oktober 2009.

Sehingga pemerintah menetapkan tanggal itu untuk diperingati sebagai hari batik nasional.

Tapi benarkah, sebagai warisan budaya batik bermula dari nusantara yang kini disebut Indonesia ini? Jika iya, bagaimana awal mulanya dan kapan?

Istilah batik berasal dari bahasa Jawa, “amba” yang berarti tulis dan “nitik” yang berarti titik. Menulis menggunakan malam atau lilin. Membatik di atas kain menggunakan canting yang ujungnya kecil memberi kesan “orang sedang menulis titik-titik” (Iskandar dan Eni Kustiyah: 2017).

Menurut Riyanto (1997), dalam Katalog Batik Indonesia, menjelaskan dalam kesusastraan Jawa Kuno dan Pertengahan, proses batik dikenal dengan istilah “Serat Nitik.” Setelah Kraton kertosuro pindah ke Surakarta, muncul istilah “mbatik.” Artinya ngembat titik, membuat titik.

Penamaan batik pada dasarnya tidak merujuk pada bentuk motif. Sehingga sesuatu yang bermotif simbol-simbol tradisi bisa disebut sebagai batik. Proses melapisi kain dengan malam, pewarnaan, dan penghilangan warna inilah yang menjadi dasar selembar kain disebut kain batik. Sehingga memberi motif sebuah kain berisi simbol tradisi lokal dan prosesnya disablon atau dicetak, maka sebenarnya bukan batik. Karena tidak mengikuti proses menggambar pola dengan malam.

Batik  Kini dan Catatan History of Java Thomas Stamford Raffles
Batik Kini dan Catatan History of Java Thomas Stamford Raffles

Keindahan batik turut menarik perhatian Thomas Stamford Raffles, Letnan Gubernur Inggris di Jawa (menjabat 1811 - 1816). Pria kelahiran Jamaika, 6 Juli 1781 itu dikenal memiliki ketertarikan dan rasa ingin tahu yang tinggi terhadap keadaan penduduk, adat-istiadat, geografi hingga keanekaragaman flora dan fauna di wilayah koloni. Oleh karena itu, selama bertugas di jawa, ia menulis catatan yang kemudian dibukukan berjudul History of Java.

Thomas Stamford Raffles menulis mengenai batik dan menggambarkan proses pembuatannya dengan cukup rinci. Ia menyebut kain batik dibedakan menjadi batik lalur puti atau barik waena putih, batik lalur ireng atau batik warna hitam, dan batik lalur bang atau batik warna merah. Kain yang digunakan untuk membatik umumnya dikanji terlebih dahulu agar pola yang dilukiskan di kain tersebut tidak luntur. Setelah dijemur dan dihaluskan, baru kain itu dapat diberi pola atau dibatik. “Cara membatik menggunakan lilin panas yang cair, ditaruh dalam mangkuk kecil dari tembaga atau peraj yang disebut canting,” tulis Raffles dalam bukunya.

Tak hanya mencatat proses membatik, Raffles juga mengamblangkan secara rinci alat-alat yang digunakan untuk membatik. Salah satunya canting yang memiliki berat satu ons dan memiliki corong kecil sepanjang dua inci, dimana cairan lilinnya mengalir keluar. Tabung kecil ini didekatkan dengan pipa kecil sepanjang lima inci yang dipegang di tangan dan mempunyai bentuk mirip pensil. Alat ini digunakan untuk menggambar pola.

Setelah garis pola terbentuk, bagian kain yang akan dibiarkan tetap putih atau akan diwarnai berbeda harus ditutup dengan cairan lilin dan kain, kemudian dicelup dalam zat pewarna. Proses pencelupan kain dilakukan dua kali untuk memperkuat warna. Lapisan lilin yang tertinggal akan meleleh saat kain direbus dalam air panas dan warnanya tidak berubah. Jika kain tersbut diwarnai satu macam selain putih, maka prosesnya sudah selesai. Namun, bila warna lain hendak ditambahkan, maka bagian yang telah diberi warna akan ditutupi cairan lilin, lalu kain itu dicelup kembali dan direbus dalam air panas seperti proses sebelumnya.

Thomas Raffles menulis bahwa untuk memperkuat warna kemerahan atau merah tua pada kain, maka kain direndam dalam minyak selama lima hari, lalu dicuci dengan air panas dan proses pembuatan batik dapat dimulai.

"Kain batik biasa membutuhkan waktu 10 hari, sedangkan kain batik yang lebih halus dan lebih rumit polanya dibuat dalam waktu 15-17 hari," tulisnya dalam buku History of Java.

Ada beraneka pola yang dapat dibuat di atas kain kapas maupun sutra, terutama pada kain batik yang tidak kurang dari 100 jenis nama. Kain batik yang biasa digunakan oleh Raja disebut kain batik parang rusa, dan batik sawat, yang berbeda dengan jenis batik lain dari keindahan pola dan warnanya.

Halaman:

Editor: M Roni


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah